Kehilangan


Melewati 2 bulan terakhir ini dengan sangat berat. Dimana banyak sekali duka, kesedihan dan airmata yang mengiringi langkah kaki untuk bisa sampe di bulan Juni. 

Singkatnya aku baru saja kehilangan sosok seorang surga, rumah tempat aku kembali, duniaku bahkan segalanya buat aku didunia ini. Sosok Ibu yang sangat sangat aku cintai dan sayangi. Ibu meninggal karna sakit yang dideritanya cukup lama. Tak terasa waktu begitu cepat sejak kepergian Ibu yang sebentar lagi menuju doa yasin/tahlil 40 harian Ibu.

Dimulai dari bulan February pertama kalinya Ibu harus datang ke Rumah Sakit untuk berobat, sosok Ibu yang kuat menjalani pengobatan bahkan tindakan dari Dokter uituk bisa sembuh dari penyakitnya. Tidak lama kemudian Ibu bisa kembali pulang kerumah dan berkumpul bersama keluarga. 

Pertengahan bulan April Ibu harus dilarikan kembali ke RS karna sakit yang dideritanya kambuh. Sayangnya aku tidak bisa menemani Ibu untuk menjalani pengobatan atau bahkan menjaganya di RS. Digantikan oleh Ayah sosok suami kuat yang menemani dan menjaga Ibu di RS. Tak lama menjalani rawat inap, Ibu pun sudah kembali pulang kerumah dengan membawa kabar akan ada jadwal oprasi untuknya 2 minggu lagi.

Bertepatan tanggal 23 April 2022 Ibu menjalani oprasi pertamanya, disini hanya aku sendiri yang mengantar dan menemaninya menjalani oprasi besar untuknya. Dimana sosok Ayah ? Yup, Ayahku juga mengalami drop jatuh sakit sejak setelah menemani Ibu di RS kali kedua. Sebagai anak kedua yang free dan belum mempunyai tanggungan keluarga sendiri, aku harus menemani kedua orangtua ku yang sakit. Dimana kakak dan adik saat itu ? Kakakku tengah mengandung anak ketiganya yang usia kehamilannya sudah memasuki trimester terakhir, kakak bertugas menjaga ayah yang sakit dirumah sedangkan adik mempunyai bayi yang mesih berusia 1,5 th yang tidak bisa ditinggal.

Oprasi dilakukan tepat pukul 11 siang, dimana sebelumnya kami sempat becanda dan ngobrol panjang untuk menghilangkan rasa khawatir dan cemas. Pada saat pertengahan oprasi tiba-tiba dokter memanggil, memberitahukan kondisi Ibu yang ada kendala selama oprasi berlangsung. Rasanya seperti tersambar petir disiang bolong, airmata tidak dapat dibendung tapi harus dipaksa kuat untuk menghadapinya. 5 jam berlalu oprasi Ibu akhirnya selesai, aku sudah tak sendiri lagi karna ada keluarga Tante yang datang ke RS menemani. Ibu dipindahkan di ruang observasi dan sudah sadar dari biusnya, kami dan keluarga memberinya semangat untuknya.

Tak cukup dari itu, kondisi Ibu drop dan harus dipindahkan ke RS Umum yang besar. Tanggal 29 April Ibu dipindah ke RS Umum, dengan menggunakan mobil ambulans kami sama-sama berikhtiar untuk kesembuhan Ibu. Hanya aku sendiri yang menemani Ibu di RS baru ini, menemani serangkaian pemerikasaan dan observasi. Ibu yang masih sadar dan bisa ngobrol, kami sama-sama berjanji untuk pulang bareng kerumah merayakan Lebaran bersama keluarga. Ibu yang bercerita ingin makan Entog, makan Rawon dan jalan-jalan keliling Kota Surabaya jika sudah sembuh nanti. Lucunya Ibu masih sempat menjodohkan aku dengan dokter-dokter muda yang ada di RS dan sempat mengkhawatirkan aku tidur dimana malam itu karna Ibu akan dipindahkan di ruang HCU yang ruangannya steril tanpa boleh ditengok oleh siapapun. 

Keesokan harinya, Ibu menjalani oprasi keduanya di tanggal 30 April 2022 pukul 12:41 siang. Waktu itu hanya sempet liat Ibu sebentar dalam keadaan sadar dan waktu sama-sama mengantar diruang oprasi Ibu sempet melambaikan tangan kepadaku. Oprasi berjalan hampir 8 jam lamanya dan aku harus standby didepan ruang oprasi karna sewaktu-waktu bisa dibutuhkan untuk ambil darah atau lainnya. Yap, aku ambil darah sebanyak 5 kantong dengan berjalan kaki dari ruang oprasi lantai 3 ke bank darahnya yang beda gedung RS sebanyak 3 kali bolak balik dengan membawa tas box yang isinya kantong es agar darah tetap segar. Menunggu didepan ruang oprasi sambil berdoa tak henti-hentinya, selalu deg-deg an setiap ada panggilan dokter terlewati, pukul 8 malam Ibu selesai dioprasi tapi masih belum sadar dan berada di ruang ICU. Tepat setelah Ibu oprasi aku bisa makan malam, karna seharian belum makan apapun dan malam ini tidur diruang tunggu RS yang klo malam dinginnya lumayan menusuk. 

Tepat pukul 6 pagi keesokan harinya, adu dipanggil dokter uituk dikabarkan kondisi Ibu yang kritis. Kondisi Ibu yang dibantu dengan alat, kondisi Ibu yang lemah tak berdaya. Airmata lagi-lagi tak bisa dibendung melihat kondisi Ibu saat itu, hanya bisa memegang tangannya yg dingin mengusap pipi dahinya yang pucat sambil membisikan kata semangat ditelinganya. Setelah melihat kondisi Ibu, aku langsung mengabari keluarga untuk bisa ke RS melihat kondisi Ibu. Oiya, saat itu juga Ayah masuk RS untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan. 

Hmm… saat itu rasanya campur aduk, momen takbiran dan lebaran tidak bisa kami nikmatin. Ibu yang masih dalam keadaan kritis dan Ayah juga dalam pengobatan di beda RS. Kami merayakan Lebaran tahun ini di RS, keluarga dan sanak saudara bergantian datang ke RS untuk menjenguk Ibu atau aku yang sedang berjaga di RS karna pihak RS belum boleh mengijinkan orang lain untuk melihat Ibu yang masih berada ruang ICU. Karna sudah banyak saudara yang datang, aku ditemenin Tante dan keponakan untuk sama-sama jaga di RS. Untungnya tak lama kemudian Ayah sudah diperbolehkan untuk pulang dengan kondisi memakai selang makan dihidungnya. 

Cuti lebaran telah usai, saatnya kembali beraktifitas dengan bekerja. Aku tetap menjaga Ibu di RS dengan perjalanan pp Surabaya-Malang menggunakan Kereta Api, ada Tante juga yang ikut menjaga pagi harinya. Hari Rabu, tanggal 11 Mei 2022 jam 8 pagi adu ditelp oleh Dokter untuk segera datang keruang ICU, tapi pada saat itu aku lagi dikantor dan Tante datang mewakili keluarga. Tak lama kemudian Tante telp memberitahukan kondisi Ibu yang bener-bener kritis dan tidak stabil. Rasanya seluruh badan lemas bahkan untuk bekerja saja rasanya sudah tak ada lagi tenaga. Siang harinya aku kembali ditelp Tante untuk segera ke RS, tak menunggu lama aku pergi meninggalkan kantor dengan naik bis. 

Sampai di RS aku langsung lari menuju ruang ICU dimana Ibu berada, "Ibu… gpp, aku gpp, ibu pergi yang tenang, aku disini gpp yang penting Ibu gak sakit lagi… Ibu… gpp bu, la ilaha illallah" sambil memegang tangan ibu yang dingin sedangkan Tante juga disamping Ibu menuntun Ibu sambil mengelap airmata Ibu yang sempat menetes. Tak lama setelah itu tepat pukul 15:25 Ibu kami yang tercinta pergi untuk selamanya. 😢😢😢

Ibu…. Maaf belum bisa membahagiakan Ibu

Ibu…. Maaf belum bisa memberikan kabar baik

Ibu…. Maaf belum bisa mewujudkan apa yang Ibu inginkan

Ibu…. Maafkan anakmu ini

Kalo saja Ibu akan pergi harusnya aku memegang tangan ibu lebih lama lagi, memeluk Ibu lebih sering lagi, membuat Ibu tertawa daÅ„ tersenyum lebih banyak. Ibu udah gak sakit lagi sekarang, Ibu yang tenang disana, Ibu orang baik banyak sekali orang-orang yang datang mendoakan Ibu. 

Allahummaghfirlaha Warhamha Wa’afiha Wa’fuanha 💙 

Comments

Popular posts from this blog

Ekowisata Mangrove Wonorejo

Lasem - Rembang, Jawa Tengah

Return to Childhood in Petualangan Sherina 2